TEMPO.CO, Sampang -- Sepekan terakhir, nama Roisul Hukama jadi beken. Tapi bukan karena lelaki yang akrab disapa Rois ini berprestasi. Melainkan karena lelaki kelahiran 1977 ini ditetapkan sebagai tersangka kasus kerusuhan Sunni-Syiah di Sampang, Ahad pekan lalu.
Polisi menyebut Rois sebagai otak rusuh Sampang yang menewaskan seorang warga Syiah dan terbakarnya 37 rumah komunitas Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam.
Tempo pernah menemui Roisul Hukama di rumahnya, di Dusun Nangkernang, Oktober 2011 lalu. Rumahnya tembok sederhana, langgarnya luas terbuat dari kayu. Di samping langgar, ada tiga ruang pemondokan lengkap dengan kamar mandi yang atap gentingnya mulai rusak.
Perawakan Rois kecil, penampilannya necis, gaya bicaranya santun, dan ia mudah akrab. Tempo sempat salat berjemaah bersama di langgarnya. Selepas salat, dia menunjukkan dua kertas berisi print out berita Temposoal pernyataan Tajul Muluk bahwa dirinya adalah penyebab kisruh di Nangkernang. "Itu semua tidak benar," kata Rois kala itu.
Sebaliknya, Rois menuding gaya berdakwah kakaknya terlalu keras. Hal itu membuat banyak warga Nangkernang yang suami-istri bercerai atau ayah dan anak berselisih karena dalam satu rumah ada yang menganut Syiah dan Sunni. "Karena ikut kakak saya, anak jadi tidak hormat pada orang tua, resahlah masyarakat," ujarnya.
Samsuddin, warga Sunni di Nangkernang yang ditemui Tempo waktu itu, membenarkan bahwa mereka resah dengan kehadiran Syiah. "Kiai Tajul tidak seperti bapaknya, Kiai Makmun, yang baik," katanya.
Samsuddin menyebutkan beberapa kesesatan ajaran Tajul, misalnya salat lima waktu bisa dijadikan satu atau penganut Syiah boleh bertukar istri. "Saya tahu dari ceramah Kiai Rois, dulu kan dia sempat jadi Syiah juga," katanya.
Roisul Hukama awalnya memang seorang Syiah. Pada 1992, bersama kakaknya, Tajul Muluk, dia nyantri di pesantren YAPI Bangil, Pasuruan. Namun pendidikannya tidak tamat karena K.H. Ali Karrar, pemimpin Pesantren Darul Tauhid, Pamekasan, memprotes keponakannya nyantri di pesantren beraliran Syiah.
Pada 1998, Tajul melanjutkan sekolah ke Mekah sambil bekerja serabutan. Sedangkan Rois kembali ke Nangkernang membina masyarakat.
Di Sampang, sosok Rois tidak terlalu masyhur. Tapi, di Kecamatan Omben dan Karang Penang, khususnya Desa Karang Gayam, Blu''uran, dan Tlambah, namanya sangat disegani.
Ketua MUI Sampang K.H. Bukhori Maksum menilai Kiai Rois adalah sosok yang baik dan ramah. Namun dia mengaku hanya dua kali bertemu Rois dan mendengar ceramahnya. "Tidak ada yang provokatif," katanya.
Ketua Majelis Syuro NU Sampang K.H. Solehuddin mengakui hanya tahu nama Rois tapi tak mengenalnya secara pribadi. "Saya tidak terlalu kenal beliau," katanya.
Namun, di kalangan penganut Syiah Sampang, Kiai Rois dikenal sebagai kiai blater, artinya kumpul sama yang alim bisa, sama preman juga bisa. "Saya pernah diminta pindah dari Syiah ke Sunni oleh Kiai Rois," kata Abdul Wafi, 60 tahun.
Wafi yang mengaku tahu Rois sejak kecil karena rumahnya bertetangga menilai Rois adalah sosok keras dan jago silat. "Siapa yang cari gara-gara, diajak carok sama Kiai Rois," katanya.
MUSTHOFA BISRI
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan tuliskan komentar anda.
"kritik membangun" anda sangat kami butuhkan untuk pengembangan blog ini.
terima kasih.