Rabu, 08 Februari 2012

Martha Marcy May Marlene Limited BRRIP



Setelah menghilang selama dua tahun, Martha (Elizabeth Olsen), memutuskan untuk meninggalkan sebuah kelompok pemujaan tempat ia bernaung selama ini dan menelepon kakaknya, Lucy (Sarah Paulson), untuk kemudian tinggal bersamanya. Namun, dua tahun tinggal bersama anggota kelompok pemujaan yang memiliki aturan-aturan hidup yang berbeda dengan manusia normal pada umumnya telah membuat hubungan Martha dengan Lucy – serta suami Lucy, Ted (Hugh Dancy), mengalami begitu banyak kendala. Selain itu, Martha juga tumbuh menjadi sosok yang paranoid dan begitu takut kalau para anggota kelompok pemujaan yang ia tinggalkan akan datang ke rumah kakaknya dan menjemput dirinya kembali.

Sebenarnya wajar jika Martha merasa sedikit paranoid. Dipimpin oleh Patrick (John Hawkes), seorang pria yang kharismatik namun begitu dingin dalam kesehariannya, kelompok pemujaan tempat Martha bernaung selama dua tahun terakhir merupakan sebuah kelompok yang memisahkan diri mereka secara sepenuhnya dari peradaban manusia luas. Mereka juga memiliki aturan-aturan yang berbeda – termasuk sebuah peraturan yang mewajibkan Patrick untuk ‘membersihkan’ setiap gadis yang baru bergabung ke dalam kelompok tersebut dan kemudian mencuci otak mereka dengan rentetan ideologi yang sesuai dengan ajarannya. Tidak tahan dengan keseharian yang penuh dengan kekerasan itulah yang akhirnya membuat Martha meninggalkan kelompok kepercayaan tersebut.

Elizabeth Olsen jelas merupakan nyawa utama dari
Martha Marcy May Marlene. Tampil dengan penuh kerapuhan dan kejujuran yang dapat penonton rasakan bahkan dari tatapan matanya, Olsen mampu membawakan perannya dengan begitu sempurna. Karakter Martha yang ia perankan memang gagal untuk dapat dikembangkan oleh sutradara sekaligus penulis naskah cerita film ini, Sean Durkin, agar dapat mampu dikenali dan terasa familiar oleh para penonton. Namun, dengan kemampuan akting yang begitu kuat dari Olsen, karakter Martha sangatlah mudah untuk disukai, dan diberikan rasa simpati yang mendalam. Rasa simpati kepada karakter Martha itulah yang akan mendorong penonton untuk menyingkirkan beberapa kelemahan Martha Marcy May Marlene dan membuat film ini terasa lebih mampu menonjol.

Selain Olsen, departemen akting
Martha Marcy May Marlene juga diisi dengan nama-nama aktor dan aktris yang mampu memberikan penampilan terbaik mereka. Sarah Paulson dengan baik memberikan sebuah penggambaran seorang kakak yang selama ini begitu khawatir dan merindukan adiknya, namun tidak mampu berbuat apa-apa ketika sang adik kembali dan tampil dalam kondisi kejiwaan yang patut dipertanyakan. Begitu juga dengan Hugh Dancy yang berperan sebagai suami dari karakter yang diperankan Paulson yang mampu melengkapi setiap kehadiran emosi yang telah diberikan Paulson lewat karakternya. Sayang kedua karakter yang mereka perankan, dan karakter-karakter lain di luar karakter Martha, gagal untuk diberikan jalan cerita yang sepadan dan mendalam dan membuat karakter-karakter tersebut hanya hadir sebagai pelengkap jalan cerita saja.

Namun, tentu tidak akan mudah untuk melupakan akting yang begitu menghantui dari John Hawkes. Berperan sebagai seorang pemimpin kelompok pemujaan yang berkata-kata dengan lembut namun begitu penuh dengan kharisma, Hawkes menjadikan karakter Patrick yang ia perankan menjadi sesosok karakter yang begitu menakutkan. Berbeda dari Olsen yang dapat memancarkan kepedihan dan kesendirian dari tatapan matanya, Hawkes menjadikan tatapan matanya sebagai penyebar rasa ketakutan yang dapat secara langsung dirasakan oleh penonton setiap kali karakternya hadir di dalam jalan cerita. Penampilan Olsen dan Hawkes di Martha Marcy May Marlene jelas merupakan dua penampilan yang termasuk paling mengesankan yang dapat disaksikan penonton di sepanjang tahun 2011 lalu.

Berbeda dengan tampilan departemen aktingnya yang hadir dengan cemerlang, keputusan Sean Durkin untuk lebih menampilkan misteri dalam jalan cerita
Martha Marcy May Marlene lewat susunan proses editing film menjadi semacam pedang berkepala dua bagi hasil akhir film ini: benar bahwa kemisteriusan itu berhasil tercapai, namun di sisi lain, penonton tidak pernah dapat benar-benar merasa terkoneksi dengan apa yang sebenarnya ingin disampaikan Durkin lewat film ini. Martha Marcy May Marlene dapat menjadi sebuah potongan kisah yang lebih emosional lewat pendalaman karakter Martha, dapat menjadi sebuah thriller yang mengejutkan jika berfokus pada kisah hidup Martha selama tinggal dengan kelompok pemujaan yang dipimpin oleh Patrick atau menjadi murni sebuah horor jika mampu berfokus pada kisah Patrick dan anggota kelompok pemujaannya. Durkin berusaha menggabungkan berbagai elemen tersebut, yang sayangnya, gagal untuk tercapai karena kurangnya pendalaman kisah pada banyak sudut cerita.

Pun begitu,
Martha Marcy May Marlene jelas telah menjadi salah satu titik terang di dunia film independen Amerika Serikat di sepanjang tahun 2011. Merupakan karya perdana dari Sean Durkin, ia mampu menunjukkan bahwa dirinya memiliki kapabilitas yang cukup dalam menghasilkan sebuah film yang begitu mudah untuk menjebak penontonnya dalam sekelumit kisah masa lalu yang misterius. Keberhasilan Durkin juga didukung penuh oleh penampilan para pengisi departemen akting film ini, termasuk penampilan luar biasa cemerlang dari Elizabeth Olsen dan John Hawkes. Beberapa perbaikan dalam penulisan naskah akan mampu membuat penceritaan Martha Marcy May Marlene menjadi lebih efektif, namun secara keseluruhan, Martha Marcy May Marlene telah mampu tampil cukup memuaskan.





0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar anda.
"kritik membangun" anda sangat kami butuhkan untuk pengembangan blog ini.
terima kasih.